A. Pengertian Perlukaan Jalan Lahir
Perlukaan jalan lahir merupakan perlukaan yang terjadi pada jalan lahir
saat atau setelah terjadinya persalinan yang biasanya ditandai oleh
perdarahan pada jalan lahir.
Perlukaan jalan lahir karena prsalinan dapat mengenai vulva, vagina,
dan uterus. Jannis perlukaan ringan berupa luka lecet, yang berat
berupa suatu robekan yang disertai perdarahan hebat. (Prawirohardjo S,
2008: 409)
B. Beberapa Jenis Perlukaan Jalan Lahir Dalam Persalinan
1. Luka perineum
Luka perinium adalah perlukaan yang terjadi akibat persalinan pada
bagian perinium dimana muka janin menghadap (Prawirohardjo S, 2008:
410).
2. Luka robekan serviks
Bibir serviks uteri merupakan jaringan yang paling mudah mengalami
perlukaan pada waktu persalinan. Karena perlukaan itu porsio vaginalis
uteri pada seorang multipara terbagi dalam bibir depan dan belakang.
3. Rupture uteri
Ruptur uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat
dilampauinya daya regang miomentrium. ( buku acuan nasional pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal ).
Rupture uteri merupakan robekan uterus yaitu perlukaan yang paling
berat pada persalinan. Robean ini dapat terjadi pada waktu kehamilan
atau pada waktu persalinan, namun yang paling sering terjadi ialah
robekan ketika persalinan.
C. Tanda dan Gejala
1. Robekan jalan lahir
Tanda dan gejala yang selalu ada :
a. Pendarahan segera
b. Uterus kontraksi baik
c. Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir
d. Plasenta baik
Gejala dan tanda-tanda yang kadang ada :
a. Pucat
b. Lemah
c. Menggigil
2. Rupture uteri
a. Tanda dan gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
b. Dramatis
c. Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat memuncak
d. Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri
e. Perdarahan vagina ( dalam jumlah sedikit atau hemoragi )
f. Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun dan nafas pendek ( sesak )
g. Temuan pada palpasi abdomen tidak sama dengan temuan terdahulu
h. Bagian presentasi dapat digerakkan diatas rongga panggul
i. Janin dapat tereposisi atau terelokasi secara dramatis dalam abdomen ibu
j. Bagian janin lebih mudah dipalpasi
k. Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada gerakan dan DJJ sama sekali atau DJJ masih didengar
l. Lingkar uterus dan kepadatannya ( kontraksi ) dapat dirasakan disamping janin ( janin seperti berada diluar uterus ).
m. Tenang
n. Kemungkinan terjadi muntah
o. Nyeri tekan meningkat diseluruh abdomen
p. Nyeri berat pada suprapubis
q. Kontraksi uterus hipotonik
r. Perkembangan persalinan menurun
s. Perasaan ingin pingsan
t. Hematuri ( kadang-kadang kencing darah )
u. Perdarahan vagina ( kadang-kadang )
v. Tanda-tanda syok progresif
w. Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau kontraksi mungkin tidak dirasakan
x. DJJ mungkin akan hilang
D. Patofisiologi
1. Robekan perineum
Robekan perineum terjadi pada semua persalinan pertama dan tidak jarang
juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan dengan
menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan
cepat, sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau
kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan pendarahan dalam
tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul
karena diregangkan terlalu lama.
2. Robekan serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks
seorang multipara berbeda daripada yang belum pernah melahirkan per
vaginam. Robekan serviks yang luas mengakibatkan perdarahan dan dapat
menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak
berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus berkontraksi
baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan serviks
uteri.
3. Rupure uteri
a. Rupture uteri spontan
1) Terjadi spontan dan sebagian besar pada persalinan
2) Terjadi gangguan mekanisme persalianan sehingga menimbulkan ketegangan segmen bawah rahim yang berlebihan
b. Rupture uteri traumatic
1) Terjadi pada persalianan
2) Timbulnya rupture uteri karena tindakan seperti ekstraksi forsep, ekstraksi vakum, dll
c. Rupture uteri pada bekas luka uterus
1) Terjadinya spontan atau bekas operasi secsio sesarea dan bekas opersi pada uterus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar